Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (edisi doljanchi)

Beberapa hari yang lalu saya mendapat email undangan dari pak Kwajangnim (nama jabatan 2 tingkat hirarki di atas saya) untuk menghadiri acara ulang tahun pertama putrinya (doljanchi – 돌잔치). Kwajangnim ini agak aneh karena sewaktu makan siang bareng ia sering cerita-cerita tentang hantu. Ternyata di Korea juga banyak cerita-cerita hantu (Gwisin – 귀신). Untungnya selama di Korea saya belum pernah ketemu hantu. Atau mungkin pernah, tapi hantunya susah untuk menakut-nakuti karena saya tidak bisa bahasa Korea.

Hantu : (Dalam bahasa Korea) Mas, boleh antarin saya ke kuburan ga mas?

Saya : Ah. Joesongheyo, hangug mal jalmotheyo (Maaf, saya tidak bisa bahasa Korea)

Sayangnya, acara 돌잔치(doljanchi) ini diadakan minggu pagi sehingga saya tidak ada teman untuk pergi bareng. Lagipula waktunya bentrok dengan jam les piano saya, sehingga saya memutuskan untuk tidak menghadiri acaranya.

Melanjutkan tulisan saya yang lalu tentang acara-acara yang saya hadiri di Korea, maka saya akan membahas tentang doljanchi atau ulang tahun pertama anak-anak.

2. 돈잔치 (donjanchi)

Doljanchi adalah perayaan ulang tahun pertama anak-anak. Walaupun yang berulang tahun adalah si anak, tapi yang menghadiri acara adalah kolega orang tuanya. Sepertinya karena si anak masih belum punya teman karena mainnya di rumah terus.

Acara biasanya (saya baru dua kali ke acara ini) diadakan di restoran buffet. Yay. Free food. Eh, tunggu dulu, di depan ruangan ada penerima tamu yang merangkap penerima amplop. Waktu itu saya memberikan sekitar 20000 won.  Jadi pepatah “There is no such thing as free lunch” itu masih relevan. Saat acara, seluruh keluarga mengenakan hanbok (pakaian adat Korea) sedangkan tamu berpakaian kasual.

Inti acara doljanchi adalah saat si anak dihadapkan dengan nampan berisi beberapa benda yaitu: uang, gulungan benang, pena. Benda yang diambil oleh si anak akan menjadi semacam ramalan kehidupannya di masa depan. Uang melambangkan banyak uang (d’uh), benang artinya panjang umur dan pena berpendidikan tinggi. Kalau tiga-tiganya tidak bisa karena tangannya masih kecil.

Sebetulnya tradisi ini lagi-lagi diadopsi dari kebudayaan Cina.

Pembaca : Ck. Korea. Kebudayaan jiplak Cina, smartphone jiplak Amerika, mobil, elektronik jiplak Jepang. Wajah operasi plastik. Apa sih yang asli?

Yang asli adalah Kim Tae Hee. Seratus persen asli tanpa operasi.

Kim_Tae-Hee

Tapi karena saya sedang mencari penghasilan di Korea, maka saya tidak boleh menjelek-jelekkan Korea. Eh tau ga sih loe, kalau Korea menempati urutan nomor 2 (di bawah Finlandia) dalam hal kompetensi pendidikan. Keren ya. Hidup Korea!!

Sementara itu, di Indonesia, kompetensi pendidikan bidang ilmu apapun adalah yang penting bisa mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Guru : Mengapa bumi mengelilingi matahari?

Murid : Karena seperti itu diciptakan Tuhan!

Guru : Yak benar! Menurut kurikulum yang baru, jawaban kamu mencerminkan siswa yang kompeten.

kompetensi ini ipa

Kembali ke acara Doljanchi, saya tahu kalau acara ini diadopsi dari Cina karena disinggung dalam novel fiksi sejarah berjudul “Empress Orchid” yang pernah saya baca.

Novel ini mengisahkan tentang perjuangan seorang selir Kaisar Cina sehingga menjadi ratu. Dalam novel ini diceritakan bahwa Kaisar Cina mempunyai puluhan selir terpilih dan diseleksi oleh para kasim melalui kriteria-kriteria kekaisaran dari wanita-wanita seluruh Cina. Selir-selir terpilih tinggal di dalam istana terlarang (Forbidden Kingdom) dimana satu-satunya pria selain para kasim (secara teknis masih pria ga sih?) adalah sang Kaisar. Mereka berlomba-lomba untuk mempunyai anak dari sang Kaisar agar posisinya terangkat menjadi ratu.

Situasi ini bahkan lebih ekstrim dari imajinasi saya saat sedang melamun jorok. Padahal lamunan jorok saya cukup ekstrim, apalagi kalau sedang buang air besar dan lupa bawa smartphone untuk main Tower Run 2. (Sekarang sudah level 8. yay~)

Orchid, sang selir tokoh utama novel, menceritakan kalau Kaisar sering stress karena ia berhubungan badan dengan wanita yang berbeda setiap harinya. Wanita-wanita tersebut berlomba-lomba agar menjadi favorit kaisar agar sering dipanggil ke kamar kekaisaran sehingga mereka berbuat apa saja demi menyenangkan hati beliau. Semua, kecuali Orchid yang berani berbeda pendapat dengan sang Kaisar.

Tapi ini bukan novel porno, kok (sorry guys). Konflik utama adalah kemunduran kekaisaran Cina setelah invasi Barat pasca perang Opium dan peran Empress Orchid dalam menghadapi kaisar yang mati muda karena stress ditekan pihak asing dan mempersiapkan anaknya untuk menjadi kaisar selanjutnya.

Pembaca pria : Terus apa yang terjadi dengan puluhan selir yang lainnya, Tom

Mereka dipulangkan ke rumah masing-masing. Hehe. Nggak kok. Mereka dilupakan dan menjadi perawan tua yang tinggal di sisi tersendiri Forbidden Kingdom, menghabiskan waktu dengan menghayati ajaran agama yang dianutnya agar semakin kompeten.

By the way, dua kali saya menghadiri doljanchi, kedua anak memilih uang. Anak-anak saja tahu apa yang paling penting di kehidupan ini.

Kalau si anak kaisar pilih apa ya? Nanti deh saya baca lagi novelnya. Bab tentang kehidupan harem si kaisar tentu saja saya lewatkan.

Pembaca : Ini postingan tentang ulang tahun anak-anak malah isinya stensilan begini. Shame on you, Tom!

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (7–bersambung)

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa orang kantor pergi untuk “bersosialisasi” sambil pesta miras dan ayam goreng setelah kerja lembur di kantor (padahal besoknya masih hari kerja). Untuk melangsungkan aksi haram tersebut, kami pergi ke restoran ayam di lantai bawah gedung kantor. Peserta aksi termasuk saya, isanim (nama jabatan 5 tingkat hirarki di atas), 2 orang bujangnim (4 tingkat) dan seorang derinim (1 tingkat).

Pembicaraan awal sangat wajar, masih berputar sekitar pekerjaan dan kehidupan kantor. Dua ekor ayam kemudian, Isanim bertanya kepada saya : Di kantor kita, siapa cewek yang paling cantik? Setelah malu-malu sebentar, saya jawab nama si cewek_manis_kantor#2 yang sudah promosi jadi cmk#1 karena cmk#1 sebelumnya sudah resign. Jawaban saya langsung disambut dengan anggukan-anggukan dan ucapan “맞아, 맞아 (yoi, yoi)”. Bujangnim kemudian menimpali “Kakaknya pramugari Korean Air lho.” Wah. cmk#1 memang idola setiap pria di kantor.

Beberapa pitcher bir kemudian, kami pun pulang menuju stasiun metro. Di perjalanan menuju stasiun, kami bertemu dengan mbak_admin#1 yang baru pulang lembur. Langsung saja Isanim berinisiatif untuk melanjutkan acara 2-cha (sosialisasi  tahap 2) yang diikuti susunan peserta awal ditambah ma#1.

Saya pernah menulis di Kegiatan di seoul#3 tentang selebaran pijat pria di daerah tempat tinggal saya. Ternyata lokasi 2-cha melewati bangunan tempat bisnis yang ditunjukkan brosur tersebut beroperasi. Di depan bangunan ada seorang lelaki yang berdiri sambil menawarkan brosur yang sama ke orang-orang yang lalu-lalang. Sewaktu isanim dan bujangnim berjalan melewati lelaki tersebut, ia langsung menggandeng tangan mereka dengan gaya dan determinasi persis tukang jual DVD porno bajakan di daerah Glodok dan Mangga Dua.

“Barang baru bos!”, “Jepang punya bos! no ban  tiga.”

Pembaca : Sering mampir ya lu, Tom?

Nggak kok. Ada. anu. temen. cerita.

Btw, no ban itu dua puluh ribu kan ya? Jadi teringat dulu sewaktu SD tinggal di Pontianak menghitung 1 sampai 10 memakai bahasa Cina Pontianak. Tiociu atau apa ya, lupa saya. Tapi hitungannya masih ingat sampai sekarang : cek, no, sa, si, ngou, lak, cit, pot, kau, cap. Terus cap cek, cap no, dan seterusnya. Itu maksudnya no disitu sama dengan no bahasa Cina Pontianak bukan sih? Bingung saya. Lagipula ternyata bahasanya beda dengan bahasa Mandarin.

Metode hitung Korea juga mengadopsi Mandarin. Jadi di Korea ada dua macam metode hitung, Korea dan Cina. Kalau angka asli Korea dipakai untuk umur atau berapa buah. Pokoknya untuk angka yang kecil-kecil, sedangkan Cina dipakai untuk uang atau segala sesuatu yang melebihi jumlah lapisan wafer Tango. (Berapa lapis? Ratusan. Lebih)

Jadi sebetulnya budaya Korea banyak yang mencontoh budaya Cina. Hal ini dikarenakan jaman dahulu, kerajaan Goguryeo merupakan kerajaan di bawah pengaruh kerajaan Cao-Wei jaman tiga kerajaan di Cina (Shu, Wei dan Wu). Kerajaan Goguryeo kemudian runtuh dan bertahun-tahun kemudian bangkit lagi dengan nama Kerajaan Goryeo yang kemudian menjadi cikal bakal nama Korea.

Ini adalah materi kuliah singkat yang diberikan oleh Bujangnim saat kita bersosialisasi di tempat 2-cha. Ia melanjutkan bahwa Korea adalah negara yang bulssanghada (kasihan) karena jadi bawahan China, kemudian dijajah Jepang, dan akhirnya terpecah jadi dua lewat perang saudara yang dipelopori kekuatan asing.

Pembicaraan kita menyambung ke arah sini karena sewaktu 2-cha kita ngobrol tentang video game dan kebetulan game yang sedang saya mainkan adalah Romance of the Three Kingdoms. Jadi akhirnya nyambung sampai kuliah singkat tersebut.

Anyway, kembali ke topik brosur tadi. Sewaktu saya melewati tempat operasionalnya, saya melihat semacar daftar harga yang dipajang menggunakan tiang iklan. Satu jam 50.000 won (Rp.400.000).

Jauh lebih murah daripada 10 juta.

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (6–bersambung)

Selama hampir tiga tahun tinggal di Korea, akhirnya baru hari ini saya mengerti sepenuhnya tentang makna semua kata-kata yang diucapkan kasir kalau belanja-belanja di toko maupun di restoran.

Berikut adalah pembicaraan standar kalau misalnya beli makanan di McD. Mengapa contohnya McD?  Karena dari tadi siang saya mau makan Double Bulgogi Burger tapi Chajangnim (nama jabatan 3 tingkat hirarki di atas saya) maunya pergi ke Kimbab Jib (semacam warteg) dan beberapa waktu yang lalu Bujangnim (4 tingkat hirarki) sempat wanti-wanti supaya saya lebih sering makan siang bareng orang-orang kantor. Jadi, akhirnya saya ikut saja dengan si Chajangnim.

Contoh pembicaraan saat memesan makanan adalah sebagai berikut:

Mba2McD : 주문 도와드릴게요~ (saya bantu pesanannya~)

Saya : Double Bulgogi Burger Set 하나 주세요 (1 Set DBB)

Mba2McD : 컬라 괸찮으세요? 드시고 계세요? (Pakai coca-cola? Mau makan disini?)

Saya : 아니요. 포장이요 (Nggak. Dibungkus)

Mba2McD : 3900원이요. 할인/적립 카드 있으세요? (3900 won. Punya kartu point/diskon?)

Saya : 아니요. 없어요 (Nggak punya) – Sambil ngasih kartu debit/ uang

Kalau bayar pakai cash ada tambahan pembicaraan.

Mba2McD : 현금영수증 필요하세요? (perlu tax refund?)


Nah, ini dia 현금영수증.

Kebenaran (bosan pakai betul) hari ini orang administrasi di kantor menanyakan apakah saya sudah mengurus tentang “year end tax settlement”. Ketika saya jawab belum, dia langsung membuka website di komputer saya, klik sana, klik sini, menyuruh saya memasukkan nomor ARC (Alien Registration Card), mem-print beberapa dokumen dan meninggalkan saya yang hanya terbengong-bengong. Apa yang baru saja terjadi?

Ternyata si mbak_admin#1 yang namanya sama (beda marga) dengan bintang iklan acuvue, Lee MinJung (kalau yang namanya sama dengan penyanyi bubble pop itu mbak_admin#2), membantu untuk pengurusan tax refund. Jadi pada saat pembayaran semua transaksi barang yang kena pajak (VAT) kita bisa claim refund setiap akhir tahun.

330px-LG전자,_트롬_세탁기_새_모델에_이민정 씨_영입

Cakep banget ga sih ini si Aremdaun nuna Lee Min Jung

Nah, kalau pembayaran menggunakan kartu, semua transaksi bisa muncul di laporan di website pajak karena penggunaan nomor ARC yang sama dengan account bank. Kalau tunai kita bisa masukkan nomor “entahlah, saya tidak tahu karena saya tidak pernah” supaya juga dihitung di laporan. Makanya kasir-kasir biasa menanyakan 현금영수증 필요하세요? (perlu masukkan tax refund atau nggak?)

Jadi di website pajak semua pembayaran yang saya gunakan dengan kartu muncul di laporan. Semua. Termasuk 4 botol BB Cream merek Etude (GW DITITIPIN BELI BUAT TEMAN. DON’T JUDGE ME!) Mungkin setelah melihat laporan itu, si mbak_admin#1 yang membantu mengurus dokumen pajak langsung mem-blacklist bb cream merek Etude karena melihat muka saya yang tidak ada perkembangannya.

By the way, sachet gratis BB cream yang saya dapat sebagai bonus dari beli buku online di Kyobo masih banyak. Eh, salah ding. Bukan masih, tapi banyak. Saya tidak pernah pakai soalnya. Tapi bohong sih. Pernah pakai sekali. Waktu bosan di kamar sendirian, saya ber-eksperimen dengan sachet-sachet gratisan ini. Selain bb cream, ada juga cooling gel, anti-wrinkle serum, peeling gel, sun block, facial mask, night cream, moisturizer.

Masalahnya, saya tidak tahu cara memakai produk-produk perawatan kulit. Memang sih, pada intinya ya semuanya dioles di muka. Tapi kan saya tidak tahu pakai moisturizer-nya setelah pakai toner apa sebelu….ANJRIT gw kok bisa tau beginian. Saya benar-benar cuma pakai sabun muka ditambah moisturizer di saat musim dingin. Selain itu tidak. Beneran. Serius.

Saat saya pertama kali sekamar dengan orang Korea waktu masih kuliah, saya kagum dengan banyaknya ragam produk perawatan kulit yang dia miliki. Toner, emulsion, bb cream, facial wash, moisturizer, night cream, sun block. Kontras sekali dengan produk yang saya miliki yaitu hanya facial wash dan beberapa hari kemudian ditambah moisturizer karena saat itu musim dingin. Kalau tidak pakai moisturizer, kulit akan terkelupas dan ada semacam putih-putih terutama di area samping bibir. Karena itu pakai moisturizer di musim dingin tidak mengurangi tingkat ke-macho-an (membela diri).

Tapi akibat perawatan tersebut, kulit wajah teman saya itu benar-benar mulus seperti pantat bayi. Kalau saya sih sudah terlambat kalau pakai produk perawatan wajah karena sudah beyond repair bekas jerawat. Tapi serius, BB cream ini benar-benar magical untuk menyamarkan ketidaksempurnaan kulit . Pantas saja wajah cewek-cewek Korea di jalan-jalan terlihat mulus-mulus mengundang untuk dibelai dengan kasih sayang.

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (5–bersambung)

Beberapa waktu yang lalu, saya menerima email yang ditujukan untuk seluruh pegawai kantor. Setelah melihat emailnya bahasa Korea dan agak panjang, saya langsung berasumsi bahwa email ini tidak begitu penting dan kalaupun ternyata penting, biasanya nantinya si sekretaris kantor, adik manis Hyuna (bukan Hyuna Kim –yang kulitnya manis seperti ice cream)

akan mengirim pesan IM (Instant Message) lewat Nate-On (Messenger nya orang Korea) ke saya untuk mengecek email.Ternyata email ini berisi undangan untuk menghadiri semacam acara tradisi orang Korea yang menjadi entri pertama dari tulisan saya kali ini.

1. 돼지머리 (dweji mori – terjemahan harfiahnya : kepala babi)

Beberapa hari setelah saya mulai bekerja di kantor yang sekarang, saya sedikit heran dengan adanya bangkai ikan kering yang dililit benang di atas setiap dispenser. Karena penasaran, saya bertanya pada intern yang sedang tugas “Mandatory Military Service (Gundae)” di kantor karena dia satu-satunya teman saya. Hiks.

Pembaca : Wajib militer kok jadi pekerja kantoran, Tom?

Banyak nanya ah. Berisik.

Berbicara mengenai Gundae, saya jadi teringat berita yang saya dengar beberapa hari yang lalu. Kim Tae Hee (Korea’s most beautiful woman-artis idola saya) ternyata sudah pacaran dengan si gundul (literally gundul, karena dia sedang menjalani Gundae) Rain. Jadi si Rain (aktor Korea yang main drama “Full House”) ini mendapatkan tindakan indisipliner karena bolos selama 80 hari dan setelahnya kepergok pergi ke tempat penugasannya diantar oleh TaeHee-nuna sambil diiringi dadah-dadah cute (dua tangan, siku menempel di samping badan, telapak tangan ditekuk sedikit dan digoyang-goyang sambil –optional- mengigit bibir untuk efek cute maksimum) dan kiss-bye di depan gerbang masuk.

Kim_Tae-Hee

Pada awalnya saya patah hati. Tapi tentunya jika hal ini menjadikan TaeHee nuna bahagia, saya juga turut bahagia karena terkadang cinta memang lebih memilih aktor/penyanyi sukses ganteng (kata cewek-cewek sih) Korea dibanding lelaki salaryman yang tinggal di kos-kosan kamar mandi luar dan sering melihat ajoshi (bapak-bapak) satu kos bugil karena kalau mandi pagi pintunya tidak dikunci.

Anyway, menjawab pertanyaan di atas tadi, si anak Gundae di kantor ini adalah mahasiswa KAIST (ITB-nya Korea). Salah satu privilege menjadi mahasiswa KAIST adalah dia punya pilihan tambahan untuk Gundae selain : AD, AL, AU dan pemadam kebakaran, yaitu : Kuliah riset S2 atau kerja di perusahaan SME (Small Medium Enterprise) sebagai intern yang posisinya bahkan tidak masuk dalam ilustrasi hirarki di perusahaan Korea berikut (dibawah General Staff – 사원):

090325_p21_office_thumb[4]

via poskamling (di kantor saya benar-benar begini hirarkinya)

Pembaca : Kalau bang gultom, posisinya dimana?

Saya anu….masih …anu.. 사원 (General Staff). Sudah kerja di Usaha Kecil Menengah, masih staff lagi – menangis sambil melihat ijazah Master of Engineering dan sertifikat Oracle Certified Java Programmer- . YOU USELESS PIECE OF PAPERS!!

Ehm, kembali ke topik.

Jadi, setelah saya bertanya ke si intern, dia menjawab “Itu adalah tradisi orang Korea, ceritanya panjang, susah menjelaskannya.”

Roger that.

Beberapa bulan kemudian, pertanyaan saya tersebut akhirnya dijawab oleh acara yang diinformasikan email di atas.

Ternyata ikan tersebut adalah bagian dari sesembahan untuk acara 돼지머리 (dweji mori- kepala babi). Menurut penjelasan dari guru bahasa Korea saya, tradisi ini diadakan supaya perusahaan banyak rejeki dan sampai sekarang masih banyak perusahaan yang melakukan ritual ini. Padahal kantor saya ini kantor IT, tapi tetap mengadakan tradisi ini. Dasar UKM! Hehe. Tapi saya cukup bahagia kok kerja di sini.

Pada hari pelaksanaannya, lobi kantor diatur sedemikian rupa sehingga membentuk altar yang di atasnya tersedia sesembahan. Kalau bisa dilihat dari gambar, di atas kepala babi itu ada ikan yang dililit benang. Ikan itu lah yang nantinya diletakkan di atas dispenser.

kepala babi

Kemudian satu persatu karyawan menurut hirarki senioritas membakar dupa, berdoa(?) dan minum alkohol (-obviously, namanya juga Korea). Kalau yang tidak mau karena beragama atau yang lainnya tidak dipaksa. Jadi yang mau saja. Setelah acara prosesi selesai, kita pun makan siang bersama di ruang meeting. Menunya adalah jokbal (kaki babi) dan ttok (rice cake). Setelah itu, ikan yang di atas dispenser diganti dengan yang baru.

2. 돌잔치 (ulang tahun pertama anak-anak)

Bersambung ah..Saya nulisnya di kantor soalnya dan sepertinya bujangnim (부장님 – posisi nomor 6 di chart senioritas) yang duduk di belakang kubikel saya mulai resah karena sepanjang hari saya cuma web browsing sambil lihat-lihat music video nya si Hyuna Kim di atas.

“Nan talkumhan Ice cream. Cream! cream! cream!”

Resolusi Tahun 2013!!

Mengingat

Hari ini adalah Tahun Baru

Menimbang

Kebiasaan bahwa Tahun Baru adalah saatnya membuat resolusi untuk satu tahun ke depan

Memutuskan

Untuk membuat resolusi yang akan dan harus saya penuhi untuk tahun 2013, termasuk dalam poin-poin sebagai berikut :

1.  Memperpanjang kembali resolusi setiap tahun yang tidak pernah terpenuhi semenjak tahun 2005 (punya pacar –red).

Bersama pacar, saya akan:

  • mengunjungi tempat-tempat romantis di Korea (Nami Island –obviously).
  • piknik di Ttukseom Resort saat musim semi dan membaca novel sambil bersandar punggung ke punggung dan makan ayam goreng + coca cola
  • nonton Seoul Philharmonic Orchestra gratis di Korea National Library yang diadakan Sabtu terakhir setiap bulan.
  • makan di restoran all you can eat dan bakar-bakar samgyopsal berdua.

2.  Mengunjungi French Maid Café di Akibahara, Tokyo.

maid

Suupah kawaii desu~~

3.   Lulus TOPIK (Test of Proficiency in Korean) level 4. Hwaiting Daniel Oppa Jjang~

4.  Ikutan Taekwondo lagi dan kali ini harus sampai setidaknya sabuk merah. Ultimately, supaya kalau pulang Indonesia dan ikutan dojo (dojo bahasa Taekwondonya apa sih?) di Indonesia bisa sok-sokan sebagai berikut:

“Gerakan yang benar itu begini. Udah percaya gw aja deh. Gw belajar Taekwondonya dulu di Korea”

5.  Menyelesaikan buku Alfred Adult Piano Course for Beginner Level 3 (level terakhir) dan akhirnya bisa main “Canon in D” nya Pachabel dan “Fur Elise” nya Beethoven yang partiturnya ada di halaman terakhir buku tersebut.

6.  Rajin update blog dengan harapan bisa dikumpulkan untuk membuat otobiografi saya sebagai orang terkenal yang nantinya akan berjudul

“The Awesome Life of Daniel Leonardo Niko, Multi-Billionaire Philanthropist IT Engineer, All-around Great Guy, Loving Husband and a Great Father”

Demikian agar menjadikan periksa.

Seoul, Gwangjin-Gu, Gunja-Dong

Tertanda,

Daniel Leonardo Niko

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (4–bersambung)

Minggu kemarin adalah minggu terakhir proyek pertama saya di perusahaan ini selesai. Proyek ini adalah website online shopping mall (www.akgolf.co.kr) yang mana saya merupakan satu-satunya orang yang tertinggal setelah para developer yang lain resign dari perusahaan. Karena itu, untuk proses maintenance, saya adalah orang yang dikejar-kejar client kalau ada error di sistemnya. Nasib mu lah nak.

Tapi saya tetap bahagia karena akhirnya bisa melihat orang-orang lain selain rekan kerja satu proyek.

IMG_9119

Foto setelah pagi ketiga menginap di kantor client (Not pictured : bau jempol)

Selain itu, saya bahagia karena akhirnya saya bisa kembali ke kantor pusat dan bertemu dengan wanita-wanita rekan kerja yang bersahaja. Sayangnya cewek_manis_kantor#1 sudah resign sebelum saya kembali ke kantor. Yah, sayang sekali. Padahal saya merasa kami punya chemistry yang terjalin pada suatu sore setelah pulang kantor.


CMK#1 : 다니엘 씨~ [Mas Daniel~]

CMK#1 : 같이 가요. 지하철 타고 가죠?  [Cowok Indonesia memang ganteng-ganteng atau Mas Daniel aja sih?]

Saya : 네. [Ah, kamu bisa aja. Kamu juga cantik sampai-sampai saya kira model lho pas pertama kali kita kenalan.]

CMK#1 : 다니엘 씨는 어디에 살아요? [Hehe. Makasih. Btw, Mas Daniel udah punya pacar belum?]

Saya : 어린이대공원 이요 [Belum]

– Kemudian hening sampai kami tiba di stasiun pemberhentian saya yang memakan waktu sekitar 10 menit. –

Saya : 내일 봐요~ [Kapan-kapan kalau ada waktu, nonton bareng yuk~]

CMK#1 : 안녕히가세요 [OK. Ntar kabar-kabari aja kalau ada waktu luang. Dah. Hati-hati di jalan]

Sayangnya beberapa hari kemudian saya dan dia sama-sama sibuk di kantor. Yah sudahlah, memang bukan jodoh.

Disclaimer : Siapa tahu ada yang meragukan kebenaran translasi di atas, berikut penjelasannya. Menurut seminar “Training Program for Foreign Expert in Korea” yang saya dapatkan tahun ini, bahasa Korea adalah bahasa yang sarat akan konteks.

seminar training

Karena itu, translasi di atas sesuai konteks yang saya interpretasikan sendiri. Selain itu, saya punya sertifikat TOPIK level 2. Jadi, percayalah apa yang dikatakan Rudi (Sepertinya tagline iklan ini cuma anak kelahiran tahun 80-an yang mengerti)


Karena sering lembur, proyek ini membuat waktu saya sangat terbatas sehingga saya terpaksa mengorbankan beberapa aktivitas saya.

Pembaca : Emang aktivitas apa aja Tom?

Pertanyaan yang bagus. Dua bulan yang lalu saya mengikuti audisi untuk menyanyi di choir khusus orang asing. Choir ini adalah lembaga non-profit yang salah satu agendanya selain konser rutin untuk amal juga konser tahunan untuk menyanyikan lagu-lagu dalam “Handel’s Messiah” setiap tahun menjelang Natal. Setelah audisi, saya ditempatkan di bagian Tenor. Berbeda dengan sewaktu saya ikut choir kampus di President University, saya di bagian Bass. Jadi ingat dulu alasan saya ikut choir kampus karena mau PDKT dengan seorang gadis peserta choir.

Pembaca : Berhasil, Tom?

MENURUT LO???

Anyway, kali ini alasan saya cuma satu. Saya ingin menjadi bagian dari sesuatu hal yang indah dan menakjubkan. Buat yang tidak tahu, berikut adalah lagu pemuncak dari repertoire choir + orkestra tersebut tahun lalu: Halleluya (chorus)

[BLOG INI MENGANDUNG CONTENT KRISTENISASI! –#fentung-]

Karena sibuk, saya tidak sempat latihan. Karena jarang latihan, saya keteteran dibanding dengan rekan-rekan lain. Apalagi buku lagu-lagunya semua menggunakan not balok, jadi susah dibacanya.

2012-12-02 21.05.552012-12-02 21.07.33

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Hiks. QUITTER!! Anyway, konsernya tahun ini tanggal 15 Desember di Jungang First Methodist Church (siapa tahu ada yang mau nonton). Tiketnya 15.000 won.

Pembaca : Terus apa lagi Tom, kegiatan yang lu korbankan?

Ih mau tahu aja sih.

– Bersambung biar kelihatan orang aktif banyak kegiatannya, padahal ya itu-itu saja –

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (3–bersambung)

“Everything will be alright in the end. So if it’s not alright, it is not yet the end.”

The Best Marigold Exotic Hotel

Sudah empat bulan terakhir ini saya masuk dalam project online shopping mall. Project yang sangat menguras pikiran, tenaga dan waktu saya. Masuk jam 9 pagi, pulang jam 11 malam ditambah kerja lagi hari Sabtu dan kadang-kadang Minggu.

“Ini adalah Korean IT culture” jawab team leader saya ketika saya menanyakan waktu kerja yang kurang manusiawi ini.  Saya tidak punya waktu untuk melakukan hal lain selain kerja, kerja dan kerja. Ini juga alasan blog ini terbengkalai selama dua bulan terakhir.

Yang lebih parah lagi, di project ini tidak ada karyawan cewek nya. Karena team ini kerja langsung di kantor klien dan diberikan ruangan khusus, maka setiap hari hanya wajah-wajah dua cowok rekan satu team saja yang saya lihat. Ruangan kantor ini lebih gersang dari Gurun Sahara di musim kemarau ditambah global warming.

Karena selalu pulang malam, sepanjang jalan dari stasiun subway ke kos-kosan sudah dipenuhi dengan selebaran. Selebaran ini bukan tipe yang dibagikan ajumma di siang hari ke orang-orang lewat yang kemudian langsung dibuang di tong sampah melainkan selebaran tipe lain yang dibagikan malam-malam dengan cara seperti di video ini

Cara ini memang sangat efektif dalam menyasar target market yaitu ajoshi-ajoshi mabuk yang cuma melihat ke bawah sambil jalan sempoyongan.

Hmmm. Hanya dibagikan malam-malam dan targetnya ajoshi-ajoshi. Yup. Isi selebaran ini tepat seperti yang ada di benak para pembaca pria.

Pembaca pria : Gaya aja lu Tom, nulis para pembaca aja gitu. Pakai nambah pria segala. Bukannya semua orang yg baca blog lu ini pria kalau dilihat dari statistik pengunjung blog lu. Ini buktinya:

search terms

Masak ada yang ga tau artinya hunting foto. What is wrong with you people!!

Heran juga kenapa google bisa refer ke blog saya dengan keyword tersebut. Padahal mana ada sih blog ini menyinggung topik-topik yang ada di atas. Wanita korea bugil, kim hyuna bubble pop, gambar wanita seksi.

Anyway, layoutnya selebaran-selebaran ini biasanya sebagai berikut:

남자 마사지 (Pijat pria)

010-xxxx-xxxx

(Foto cewek seksi berbikini)

건국대 여학생! (Mahasiswi Konkuk Univ)

Selebaran ini membuat saya kecewa dengan dunia ini, terlebih kepada pembuat selebaran. Pembohongan publik. Foto cewek itu jelas bukan foto cewek Korea melainkan cewek Jepang.

Kok lu bisa tau Tom?

Hah. Anu. Soalnya ini artis film dewasa Jepang yang pernah main film di Indonesia. Saya pernah lihat foto wajahnya di detikhot. Saya tidak terlalu yakin sih karena foto di detikhot beda dengan yang di selebaran. Foto di detikhot pakaiannya lebih konservatif. Mungkin kalau saya lihat sekali lagi bisa yakin. Bentar, saya cari ke luar dulu.

Pembaca pria : Yang mana sih Tom, kan ada tiga tuh (Anjrit. kok gw bisa tau beginian sih. Malu gw sama diri sendiri)

Saya : Yang nama Jepangnya kalau dibahasa-inggriskan jadi “Blue Sky” yang kebetulan juga biasanya adalah merek barang-barang paling murah di Carrefour Blok M terakhir saya ke sana tiga tahun yang lalu. [Paling murah. Kipas angin Bluesky Rp 49.900]

Akal sehat : Ganti topik Tom! Nyokap lu kadang-kadang juga baca blog lu.


Selain bekerja, kegiatan saya adalah les piano di hari Sabtu sore seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Karena tidak cukup hanya latihan seminggu sekali, saya memutuskan untuk membeli piano digital sebulan yang lalu untuk latihan mandiri di rumah. Digital Piano, Casio CDP 120. Heran juga. Saya kira Casio cuma produksi kalkulator sama jam tangan Ternyata produksi digital piano juga toh. The more you know.

casio cdp 120

A happy customer is a walking advertisement“.  Sebagai salah satu dari happy customer, saya recommend digital piano ini  untuk pemula seperti saya. Sewaktu memilih digital piano yang pas, requirements dari guru les ada tiga, yaitu:

1. 88 Keys

2. Weighted keys. Jadi tutsnya ada beban ketika ditekan jadi mirip seperti piano betulan. Ini cukup penting sih, karena sensitivitas tuts bisa mempengaruhi dinamika lagu seperti piano, pianissimo, fortissimo, dll. Oh, sori kalau tidak mengerti. Istilah musik gitu deh. Susah menjelaskannya ke yang belum pernah belajar piano (menghidar dari timpukan tomat)

3. Pedal.

Progress sejauh ini sih sudah bisa sampai setengah buku Alfred Basic Piano Course level 1. Baru bisa main lagu ecek-ecek. Lagu yang kalau main di depan orang lain, tanggapannya cuma satu (Kelihatannya gampang. Gw yakin satu jam latihan aja bisa main lebih baik dari si Tom ini. Emang orang ga ada bakat musik sih dia ini, cuman ga enak mau ngasih taunya)

Jadi, masih jauh dari angan-angan saya untuk pergi ke “Jazz Club” di daerah Konkuk University. Waktu open jam session, main piano dengan anggota band sambil nyanyi “When I First Kiss You” nya “Extreme” terus ganti “New York City” jadi “Seoul City”.

“Ladies, please. Behave. There is enough of me for everyone.” Reaksi saya sambil dengan cool menanggapi cewek-cewek yang jejeritan terkesima dengan penampilan saya tersebut. “Cewek-cewek silahkan antri menurut marga. Yang “Kim” paling kiri, “Park” sebelahnya, “Lee” paling kanan. Sisanya di sebelah sini.

Motivasi saya belajar piano sangat tidak terhormat.

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (2 – bersambung)

Random friend in Seoul : Eh, Tom, Sabtu ini sibuk ga? Nonton yuk!
Waduh, gw pengen sih. Tapi hari Sabtu gw ga bisa. Ada les piano…


Salah satu kebiasaan yang saya lakukan sejak satu bulan terakhir adalah melihat-lihat situs craigslist nya Seoul. Biasanya sih, yang saya lihat adalah bagian iklan “for sale—>cell-phones” karena sepertinya di kantor, cuma saya yang tidak punya smartphone. Selain iklan jualan smartphone, saya juga suka melihat-lihat tentang housing—>rooms. Siapa tahu ada iklan berjudul

“KRW 300.000 – Korean woman (university student) looking for male roommate in a tiny studio near Konkuk university -we have to share the bed 😦

Sampai saat ini sih masih belum ada sih, tapi saya tidak mau hilang harapan. Karena hidup tanpa harapan sama halnya dengan mendengarkan lagu k-pop girls group tanpa melihat videonya. Pointless.

Kegiatan di kantor akhir-akhir ini sangat menyita waktu. Karena deadline project yang semakin dekat, setiap hari kami pulang jam 11 malam dan masih masuk kantor hari Sabtu. Jam kerja di Korea benar-benar seperti yang diberitakan di media seperti di sini dan di situ. Jam kerja paling panjang di dunia.

Karena akhir-akhir ini hidup saya cukup membosankan dan cuma berputar di sekitar pekerjaan, saya memutuskan untuk mencari kesibukan lain di akhir pekan selain pergi makan siang ke McDonalds dekat kos-kosan karena si mbak-mbaknya hari Sabtu dan Minggu mirip banget dengan Bae Suzy nya Miss A.

suzy miss a

Beneran lho. Serius, ga bohong

Saya pun memutuskan untuk mencari-cari semacam kursus apapun yang pengajarnya menggunakan bahasa Inggris. Selain kursus bahasa Korea tentunya, karena saya sudah punya guru bahasa Korea yang cantik, sabar, baik hati, perhatian dan sholehah karena setiap mau mulai belajar, pasti berdoa dulu. Wajar sih, karena kelasnya disponsori oleh gereja dan guru saya tersebut adalah volunteer warga gereja.

Setelah mencari kesana-kemari (cuma lihat di craigslist doang –red), saya akhirnya punya tiga kandidat: Les gitar, les piano dan les memasak masakan Korea. Tentu saja pilihan pertama saya adalah les memasak. Langsung saja saya kirim email.

kursus masak di korea

50.000 won untuk satu orang?? Highway robbery! Lagipula ternyata formatnya semacam kursus privat begitu. Saya kira semacam kelas berisi > 10 orang begitu. Yah, penonton kecewa deh, aksi anarkis, stadiun dibakar, jalanan macet. Tapi saya masih tertarik untuk membuat Kimchi Jjigae, lagipula kalau 2-3 orang harganya lebih murah. Jadi, kalau ada pembaca yang domisili di Seoul dan mau ikutan les, bisa hubungi saya, nanti kita belajar bareng.

Selain kursus memasak, ada kursus gitar di daerah Hongdae. Rate nya KRW 40.000 (sekitar Rp 320.000) per jam. Kalau kursus piano, di daerah Achasan, rate nya juga KRW 40.000 per jam. Rate ini sama dengan biaya kursus private bahasa Korea biasanya. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan yang salah satunya adalah pengen main piano di restoran fine dining dengan pemandangan menara Eiffel buat nembak cewek sambil memainkan cover “Overjoyed” nya Stevie Wonder oleh Peppy Kamandhatu,

saya pun memutuskan untuk les piano.

Setelah menghubungi pengajarnya dan memberi tahu level musikalisasi saya (total beginner), saya disarankan untuk membeli text book sebelum memulai pelajaran dua minggu lagi. Text book yang dipakai berjudul “Alfred’s Basic Adult Piano course Level 1″.

Setelah itu, saya pun membuat account baru di situs online book store Korea yaitu kyobobook untuk membeli buku tersebut.

Sewaktu melakukan payment lewat credit card, saya terkejut karena payment gateway yang digunakan kyobobook sama persis dengan payment gateway yang digunakan oleh project online shopping mall yang sedang saya kerjakan. Sama. Persis. Gateway nya memakai LG U+. Kebetulan pula, di project yang sekarang, saya handle module Order. Jadi kalau ada yang mau membuat project online shopping mall di Indonesia, bisa kontak saya. Hehehe. Promosi dikit.

lguplus

Contoh email otomatis hasil generate-an si LG U+

Jadi, begitulah kiranya yang bisa saya sampaikan sementara ini. Masih agak sibuk di kantor, jadi belum bisa pulang ke Busan untuk belajar masak martabak terang bulan dan brownies sama ibu pendeta 😦

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (1 – bersambung)

Sabtu kemarin saya baru saja membeli dua novel berjudul “Infinte Jest” dan “Lamb: The Gospel according to Biff, Christ Childhood Pal” di toko buku khusus buku bahasa Inggris di daerah Itaewon. Daerah Itaewon adalah daerah pertokoan di kota Seoul yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang-orang asing.

Sejak pindah lokasi kerja ke kantor klien satu bulan yang lalu, saya menekuni lagi hobi yang sudah lama saya tinggalkan yaitu membaca.

Random Internet Reader (RIR) : Gaya amat, hobi kok membaca.

Biarin, Weeek.

Lokasi kantor klien dapat ditempuh dalam waktu satu jam menggunakan subway. Jadi bolak-balik sekitar 2 jam. Daripada saya menggunakan waktu ini untuk melihat cewek-cewek mahasiswi dalam perjalanan dari dan menuju kampus (kos-kosan saya dekat dengan dua universitas yaitu Konkuk University dan Sejong University) dengan busana musim panas yang memperkuat aksen dari dua bagian tubuh yang sama dengan bagian dari ayam goreng yang saya gemari (hint: bukan sayap), lebih baik saya menyibukkan diri dengan membaca buku sambil sesekali curi-curi pandang. Jika berada di dalam ruangan, buku lebih baik untuk menyamarkan maksud dan tujuan daripada kacamata hitam (Daniel Niko, “Theory and Method of Perversion”, 2012).

Saya sudah membaca banyak sekali novel. Contoh : Dua dari “The Four Great Classical Novel in Chinese Literature”: Journey to the West dan Romance of The Three Kingdom (yang membuat saya akhirnya punya bahan pembicaraan dengan seorang cewek dari China yang satu gereja dengan saya), Musashi, Samurai : Jembatan Musim Gugur dan Kastil Awan Burung Gereja, Kisah Klan Otori, Hitchiker Guide to the Galaxy, dan masih banyak, banyak sekali yang lainnya. Termasuk chicklit dan teenlit punya adik saya.

Sebenarnya tujuan utama saya membaca banyak novel, selain karena hobi, juga karena saya ingin belajar supaya bisa menjadi penulis suatu saat. Kemudian saya sadar bahwa bulan ini, blog tercinta saya belum saya update. Jadi, untuk memenuhi resolusi saya tahun 2012 yaitu setiap bulan setidaknya menulis satu entry di blog, saya menulis tentang kegiatan yang saya hadiri selama tinggal di Seoul.

1. Kursus bahasa Korea

Walaupun saya sudah hampir dua setengah tahun tinggal di Korea, kemampuan bahasa Korea saya masih hanya cukup untuk bertahan hidup. Karena kendala bahasa pula, sampai sekarang saya masih belum pernah nge-date sama cewek Korea. Bukan karena tidak laku, melainkan hanya masalah komunikasi. (Bohong itu dosa, tapi kalau bohong sama diri sendiri itu namanya encouragement)

Jadi untuk mengatasi masalah bahasa, saya mengikuti kursus bahasa Korea yang diadakan oleh gereja tempat saya kebaktian Minggu. Kursus ini diadakan gratis dan diajar langsung oleh volunteer para warga gereja.

Sewaktu pertama masuk kelas, saya terkejut. Ternyata saya sekelas dengan cewek Jepang hontou ni kawaii desu. Langsung saja saya cek handphone untuk melihat sekarang tanggal berapa. Ternyata saya belum ulang tahun, tapi kok sudah dikasih hadiah. Seperti yang pernah saya tulis di artikel saya di poskamling tentang Kendala Mencari Pacar saat kuliah di luar negeri, ada tiga ukuran sukses dalam hidup saya yaitu gaji USD, istri Jepang dan tinggal di Indonesia. Sampai sejauh ini baru yang pertama yang kesampaian.

Saya punya ketertarikan dengan cewek Jepang dikarenakan pengaruh membaca dan menonton manga dan anime yang isi dan ceritanya patut diperdebatkan kesesuaiannya dengan norma-norma kesusilaan yang berlaku dan adat ketimuran yang mulia dan tanpa cela. Dalam novel, manga, anime dan dorama tersebut, diperlihatkan bahwa karakteristik istri Jepang adalah penurut pada suami sehingga membuat saya punya imajinasi berikut.

(Saya pulang ke rumah setelah capek kerja di kantor dan istri menyambut di depan pintu)

Saya : Tadaima. (Aku pulang)

Sebut saja namanya Otsu (yang juga nama pacarnya Musashi) : Okaeri (Selamat datang kembali), Anata, kamu terlihat capek (Sambil membantu melepas jas saya). Mau makan malam dulu atau mau mandi dulu? Supaya saya siapkan air panas.

Saya : Aku mau mandi dulu deh. Tapi mandinya sama kamu. Rawrrr! (Terkam)

Otsu : Kyaaaa~~

Random Internet Reader (RIR) : Hentai san!

Enak saja hentai. Saya bukan hentai. I am born this way (Lady Gaga mode).

Anyway, sampai dimana sih tadi. Oh iya, kursus bahasa Korea. Di dalam satu ruangan kelas hanya ada dua murid (saya dan si kawaii-chan) dan dua guru. Jadi kursusnya private tatap muka. Guru korea saya adalah wanita cantik dan baik hati berumur 34 tahun tapi masih terlihat 25 an. Profesinya? Pelukis dan ilustrator buku-buku bahasa Korea dan buku anak-anak. In short, she is absolutely amazing. Sayangnya, dia sudah punya pacar dan berencana menikah akhir tahun ini. Pacarnya fotografer merangkap pekerja kantoran. Mereka bertemu karena sama-sama punya hobi fotografi. Jadi buat teman-teman saya para jomblo yang akhir-akhir ini menekuni hobi fotografi, You are on the right track!

Setelah dua kali pertemuan, bu guru (sonsengnim) mengajak saya untuk menonton film bersama dia dan pacarnya. Songsengnim juga mempersilahkan saya untuk mengajak teman. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengajak si kawaii-chan untuk nonton bareng. Akhirnya, hari Sabtu-nya kami berempat menonton Avengers. Setelah selesai film, kami berpisah dan saya hanya tinggal berdua dengan si kawaii-chan. Karena dia belum pernah ke Itaewon, saya mengajak pergi ke sana dan setelah putar-putar sekitar dua jam (yay!), kami pun pulang.

Tapi setelah hari itu, dua kali ajakan jalan-jalan selanjutnya tidak berhasil. Hiks T_T. Ya sudahlah. Setidaknya sudah mencoba. Seperti kata pak Mulyono, guru sejarah SMA saya. Kalau tidak mencoba nilainya 0, mencoba tapi gagal nilainya 1, mencoba dan berhasil nilainya 2. Semenjak kuliah S1 kalau dihitung-hitung, skor saya sudah 10 yang terdiri atas 10 kali 1. Kalau dipikir-pikir menyedihkan juga. But, such is life. C’est la vie. Urip yo ngono.

Yawis lah dilanjut bulan depan. Antiklimaks banget. Habisnya gagal sih.